Rabu, 20 Juni 2012

Pendidikan islam menurut Prof. Dr. Ahmad Shalaby

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan islam merupakan suata hal yang paling pokok yang harus di penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara, karena dengan pendidikan tersebut seorang bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut suatu kelompok atau golongan dapat di katakan sebagai golongan yang berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan pendidikan suatu negara akan terlihat dominan di mata dunia. Terselenggaranya pendidikan secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengalaman ajaran agama . Al-qur’an dan Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya pendidikan agama yang di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing manusia kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat di butuhkan oleh setiap individu manusia. Keberadaan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia yang katanya mayoritas Islam, masih dianggap sebelah mata. Bahkan banyak yang tidak mengerti bahwa Madrasah Ibtidaiyah, Tsnawiyah, dan Aliyah termasuk Lembaga Pendidikan Formal. Untuk memajukan Lembaga Pendidikan Islam, penting sekali bagi kita untuk mempelajari bentuk-bentuk Lembaga Pendidikan Islam yang pernah ada. Mempelajari perkembangan Lembaga Pendidikan Islam, tentulah dimulai dari Lembaga Pendidikan Islam yang pertama kali ada, yaitu kuttab. Lembaga Pendidikan Islam yang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Kuttab pertama kali ada di Arab . Bangsa Arab sendiri sebelum berkembangnya Islam terkenal dengan budaya jahiliah. Mayoritas masyarakat Arab buta huruf dan kurang tertarik mengembangkan pendidikan. Ketika Islam datang, hanya ada 17 orang Quraisy yang mengenal tulis baca. BAB II PEMBAHASAN Biografi Singkat Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi Nama lengkapnya Ali Muhammad Muhammad Ash Shalabi. Namun, nama yang sering tertulis di buku dan media adalah Ali Muhammad Ash Shalabi, Ali Ash Shalabi, Ali Sallaby, Ali Salabi, atau Muhammad Ash Shalabi. Dalam ejaan Bahasa Inggris, biasa ditulis Ali Salaby. Tokoh pergerakan dan ulama Islam ini dilahirkan di Benghazi, Libiya pada tahun 1963 Masehi. Benghazi adalah kota kedua terbesar di Libya setelah Tripoli. Sekarang tinggal di Qatar. Saat di Libya, ia pernah dipenjara oleh rezim diktator selama 8 tahun di penjara paling terkenal di negeri itu, Penjara Abu Salim. Setelah dibebaskan dari penjara, ia berangkat ke Arab Saudi . Beliau menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah dengan predikat mumtaz, dan merupakan yang pertama dari angkatan mahasiswa tahun 1992/1993. Setelah itu, beliau melanjutkan kuliah Master-nya di Universitas Islam Omdurman di Sudan pada Fakultas Ushuluddin pada jurusan Tafsir dan Ulumul Quran. Kuliah Master-nya ini beliau selesaikan pada tahun 1996. Gelar doktor dalam studi Islam beliau dapatkan setelah berhasil mempertahankan tesisnya tentang Studi Mengenai Fikih Kemenangan dan Kejayaan Islam. Gelar doktoral ini beliau dapatkan juga dari Universitas Islam Omdurman di Sudan tahun 1999. Tesis beliau ini sudah diterjemahkan di Indonesia dan diterbitkan oleh Pustaka Al Kautsar dengan judul Fikih Kemenangan dan Kejayaan. Selain menulis tesis tersebut, Dr Ali Muhammad Ash Shalabi dikenal sebagai penulis buku-buku sejarah dan biografi yang diakui kredibilitasnya. Hal itu tidak terlepas dari keobjektivitasan dan keilmiahan beliau dalam menulis buku ssejarah dan biografi . Buku-buku biografi dan sejarah yang beliau tulis adalah sebagai berikut : 1. Sirah Nabawiyah 2. Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq 3. Biografi Umar bin Khathab 4. Biografi Utsman bin Affan 5. Biografi Ali bin Abi Thalib 6. Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan 7. Biografi Hasan bin Ali bin Abi Thalib 8. Biografi Umar bin Abdul Aziz 9. Daulah Umawiyah 10. Daulah Utsmaniyah 11. Sejarah Negara Murabitun dan Muwahidun 12. Sejarah Pergerakan Sanusiyah di Afrika 13. Daulah Fathimiyah 14. Daulah Seljuk 15. Biografi Muhammad Al Fatih 16. Biografi Abdullah bin Zubair 17. Biografi Saifuddin Quthuz dan Perang ‘Ain Jalut 18. Biografi Sulthan Fuqaha, Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam 19. Mongol atau Tartar, Antara Pertumbuhan dan Pembiasan 20. Era Daulah Zankiyah 21. Biografi Syaikh Umar Mukhtar Sementara, buku-buku tentang pemikiran dan kebangkitan Islam adalah sebagai berikut: 1. Musyawarah 2. Moderasi dalam Al Quran Al Karim 3. Fikih Kemenangan dan Kejayaan 4. Keseluruhan Strategi untuk Mengadvokasi Perdamaian Nabi Sementara itu, buku-buku tentang aqidah Islam adalah sebagai berikut: 1. Aqidah Muslimin dalam Shifat Rabbul Alamin 2. Iman kepada Allah 3. Iman pada Hari Kiamat 4. Iman pada Al Quran dan Kitab Samawi 5. Iman pada Qadar BAB III Gagasan pemikiran prof. Dr. Ali muhammad Ash Shalabi Pada mulanya kuttab (maktab) berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak, namun ketika ajaran Islam mulai berkembang, pelajaran ditekankan pada penghafalan Al-Qur’an. Menurut catatan sejarah, kuttab telah ada di negeri Arab sejak masa pra-Islam, walau belum begitu dikenal dan baru berkembang pesat setelah periode bani Ummayah, namun seiring dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam, jumlah pemeluk Islam pun semakin bertambah. Hal ini menuntut dikembangkannya kuttab yang ada untuk mengimbangi laju pendidikan yang begitu pesat. Pada perkembangan selanjutnya, selain kuttab-kuttab yang ada di masjid, terdapat pula kuttab-kuttab umum yang berbentuk madrasah, yakni telah mempergunakan gedung sendiri dan mampu menampung ribuan murid. Kuttab jenis ini mulai berkembang karena adanya pengajaran khusus bagi anak-anak keluarga kerajaan, para pembesar, dan pegawai Istana. Dan diantaranya yang mengembangkan pengajaran secara khusus ini adalah Hajjaj bin Yusuf al-Saqafi (w.714) yang pada mulanya menjadi muaddib bagi anak-anak Sulayman bin Na’im, Wazir Abd al-malik bin Marwan. Dua Jenis Kuttab Ahmad Syalabi adalah ilmuwan pertama yang menjelaskan terdapatnya dua jenis kuttab dalam sejarah pendidikan Islam. Perbedaan ini terutama didasarkan pada isi pengajaran (kuriku¬lum), tenaga pengajar dan masa tumbuhnya . 1. Kuttab jenis pertama adalah kuttab yang berfungsi mengajarkan tulis-baca dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan dengan sebagian besar gurunya adalah non-Muslim (setidaknya pada masa Islam yang paling awal). 2. Kuttab jenis kedua adalah yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Di sinilah, menurut Syalabi, terjadinya kekeliruan pemahaman oleh bebera¬pa ilmuwan terdahulu, dengan menganggap kedua jenis kuttab ini adalah sama. Ia mengambil contoh tiga orang ilmuwan: Philip K. Hitti, Ahmad Amin, dan Ignaz Goldziher. Konsekuensinya memang cukup jelas. Mempercayai bahwa tulis-baca Al-Quran dan dasar-dasar agama diajarkan pada kuttab yang sama sejak masa Islam yang paling dini akan menjurus pada kesimpulan bahwa anak-anak generasi awal Muslim mempela¬jari agamanya dari orang-orang non-Muslim. Di sinilah signifi¬kansi perbedaan kedua kuttab ini menjadi terlihat jelas. Kuttab jenis kedua tidak ditemui pada masa paling awal, ketika kuttab jenis pertama sudah mulai berkembang. Pengajaran Al-Quran pada kuttab (sebagai teks) baru mulai setelah jumlah qurra’ dan huffazh (ahli bacaan dan penghafal Al- Quran) telah banyak. Se¬belumnya pengajaran agama anak-anak dilangsungkan di ru¬mah-rumah secara non-formal . Dengan semangat ilmiah yang tinggi, jumlah Muslim yang mengenal tulis-baca serta menguasai Al-Quran berkembang sa¬ngat cepat, dan ketergantungan pada guru-guru non-Muslim berangsur hilang. Hal ini dilengkapi dengan kontak umat Islam dengan pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabia sepanjang dan sesudah penaklukan. Hanya sekitar sepuluh tahun setelah wafatnya Rasulullah saw, pasukan Islam telah menguasai Syria, Irak, dan Mesir — daerah-daerah yang menjadi pusat kegiatan intelektual saat itu. Peristiwa ini mendorong munculnya diversifikasi pengetahuan yang dikenal oleh umat Islam dan pada gilirannya mempengaruhi kurikulum kuttab. Per¬kembangan berikutnya menunjukkan bahwa tulis-baca, puisi, Al-Qur’an, gramatika bahasa Arab, dan aritmatika (berhitung dasar) menjadi bagian utama dari kurikulum pendidikan level ini . BAB IV KONTRIBUSI ISLAM KONTEMPORER PROF. DR. ALI MUHAMMAD ASH SHALABI Kurikulum Pendidikan Islam Klasik Yang dimaksud dengan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa dalam suatu periode tertentu. Dalam arti yang lebih luas, kurikulum sebenarnya bukan hanya sekadar rencana pelajaran, tapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah . Dengan kata lain, kurikulum mencakup baik kegiatan yang dilakukan pada jam belajar maupun di luar jam belajar, sepanjang hal itu berlangsung di lembaga pendidikan. Karena itu ada istilah ekstra- kurikuler, yaitu berbagai kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka di ruangan kelas. Akan tetapi, tentu saja kurikulum dalam pengertian seperti itu baru dikenal pada sistem pendidikan modern, baik sekolah maupun madrasah. Pada masa sebelumnya, meskipun sudah dikenal, muatan kurikulum tidak seketat pengertian tersebut. Pada perkembangan berikutnya kurikulum pendidikan Islam merujuk kepada al-Qur’an dan hadis. Secara umum materi yang diajarkan adalah ilmu naqliyah dan aqliyah. Maka kurikulum pendidikan Islam klasik cukup variatif berdasarkan jenjang pendidikannya. Berikut perkembangan kurikulum menurut jenjangnya : 1. Kurikulum tingkat rendah Kurikulum tingkat rendah meliputi al-Qur’an dan agama, membaca, menulis, sya’ir, dan sebagian prinsip-prinsip pokok agama dan ditambah juga dengan nahwu, cerita dan berenang. Untuk putra-putri raja dan penguasa ditegaskan pentingnya pelajaran khitabah (pidato), ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, di samping ilmu-ilmu pokok seperti al-Qur’an, sya’ir dan fiqh . Penekanan kurikulum berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya. Di Andalusia misalnya, untuk tingkat rendah diajarkan al-Qur’an, dan dimasukkan materi lain seperti riwayat sya’ir-sya’ir, prosa, berhitung, dan pembelaan negara sehingga kemampuan anak-anak dalam tulis menulis dan khat sangat menonjol. Kemudian kemampuan menemukan (discovery) serta kemampuan menghubungkan cabang-cabang ilmu dalam mengintegrasikan antara ilmu-ilmu naqli dan aqli lebih unggul dibandingkan negeri Islam yang lain . 2. Kurikulum tingkat atas Al-Chawarizani dalam Maf±ti¥ al-Ulm, sebagaimana yang dikutip al-Jumbul±ti menyebutkan kurikulum pendidikan tingkat atas meliputi ilmu fiqih, nahwu, ilmu kalam, aljabar dan ilmu hitung . Namun sama halnya dengan tingkat rendah, kurikulum tingkat atas tidak sama antara negara yang satu dengan yang lainnya. Setiap negara mempunyai kurikulum yang khas dalam pendidikannya. Namun para pelajar tidak terikat untuk kurikulumnya, dan guru-gurunya juga tidak terikat dengan kurikulum yang ditentukan untuk dijadikan sumbur pegangan dalam pengajarannya . Kemudian di masjid Kfah dan Ba¡rah yang menonjol adalah ilmu-ilmu bahasa. Maka muncul Nahwu Arab Kfah yang menekankan pada qiyas. Perbedaan ini membawa perkembangan yang pesat pada Nahwu Arab . Walaupun ilmu-ilmu naqliyah cukup menonjol, namun ilmu-ilmu aqliyah mempunyai peranan penting. Ini terlihat dalam hubungan yang kokoh antara ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu-ilmu bahasa, kebudayaan sampai kepada abad ke 2 hijriyah. BAB V KESIMPULAN Kegiatan pendidikan pada masa pra-Islam berlangsung pada Kuttab-Kuttab dan pasar tradisional. Setelah datangnya Islam, berkembanglah lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sangat mempengaruhi pendidikan di Arab . Dengan mempelajari Lembaga Pendidikan di masa lalu, diharapkan agar bermanfaat bagi perkembangan Lembaga Pendidikan Islam pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Mukhtar Yahya dan Sanusi Latief, Jakarta: Bulan Bintang, 1973 http://blog.uin-malang.ac.id/manajemen/2012/04/13/kurikulum-sebelum-dan-sesudah-berdirinya-sekolah-madrasah/ http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/kurikulum-pendidikan-klasik.html scribd.com/doc/92647195/ Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah, Mesir; Dar al-Fikr al-Arabi http://maoapaadadisini.blogspot.com/2011/07/sejarah-pendidikan-islam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar