Rabu, 20 Juni 2012

pemikiran pendidikan Prof. Dr. Ahmad Shalaby

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam sejarah islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan sifatnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nuzumuha, Falsafatuha, Tarikhuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat itu sebagai berikut: Kuttab, Al-Qushur, Hawamit al-Waraqiin, mandzil al-Ulama, al-Badiyah, dan al-Madrasah . Ia membagi institusi-institusi pendidikan islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelum madrasah, dan sesudah madrasah, dengan demikian madrasah dianggap tonggak baru dalam pendidikan islam. Sedangkan Hasan Abd ‘Al dalam penelitiannya mengenai institusi-institusi pendidikan pada abad ke-14 Hijriyah berpendapat sama seperti Ahmad Shalabi. Para penulis lain menyebut tempat-tempat pendidikan seperti al-Muntadiyah, al-Hawanit, al-Zawaya, al-Ribat, halaqat al-Dzikr. Hasan Muhammad Hasan dan Nadiyat Jamaluddin menyebutkan institusi-institusi itu dan dikaitkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada dalam islam . Semua itu menunjukkan bahwa tempat pendidikan di dalam islam sangat variatif. BAB II Biografi Singkat Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi Nama lengkapnya Ali Muhammad Muhammad Ash Shalabi. Namun, nama yang sering tertulis di buku dan media adalah Ali Muhammad Ash Shalabi, Ali Ash Shalabi, Ali Sallaby, Ali Salabi, atau Muhammad Ash Shalabi. Dalam ejaan Bahasa Inggris, biasa ditulis Ali Salaby. Tokoh pergerakan dan ulama Islam ini dilahirkan di Benghazi, Libiya pada tahun 1963 Masehi. Benghazi adalah kota kedua terbesar di Libya setelah Tripoli. Sekarang tinggal di Qatar. Saat di Libya, ia pernah dipenjara oleh rezim diktator selama 8 tahun di penjara paling terkenal di negeri itu, Penjara Abu Salim. Setelah dibebaskan dari penjara, ia berangkat ke Arab Saudi . Beliau menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah dengan predikat mumtaz, dan merupakan yang pertama dari angkatan mahasiswa tahun 1992/1993. Setelah itu, beliau melanjutkan kuliah Master-nya di Universitas Islam Omdurman di Sudan pada Fakultas Ushuluddin pada jurusan Tafsir dan Ulumul Quran. Kuliah Master-nya ini beliau selesaikan pada tahun 1996. Gelar doktor dalam studi Islam beliau dapatkan setelah berhasil mempertahankan tesisnya tentang Studi Mengenai Fikih Kemenangan dan Kejayaan Islam. Gelar doktoral ini beliau dapatkan juga dari Universitas Islam Omdurman di Sudan tahun 1999. Tesis beliau ini sudah diterjemahkan di Indonesia dan diterbitkan oleh Pustaka Al Kautsar dengan judul Fikih Kemenangan dan Kejayaan. Selain menulis tesis tersebut, Dr Ali Muhammad Ash Shalabi dikenal sebagai penulis buku-buku sejarah dan biografi yang diakui kredibilitasnya. Hal itu tidak terlepas dari keobjektivitasan dan keilmiahan beliau dalam menulis buku ssejarah dan biografi . Buku-buku biografi dan sejarah yang beliau tulis adalah sebagai berikut : 1. Sirah Nabawiyah 2. Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq 3. Biografi Umar bin Khathab 4. Biografi Utsman bin Affan 5. Biografi Ali bin Abi Thalib 6. Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan 7. Biografi Hasan bin Ali bin Abi Thalib 8. Biografi Umar bin Abdul Aziz 9. Daulah Umawiyah 10. Daulah Utsmaniyah 11. Sejarah Negara Murabitun dan Muwahidun 12. Sejarah Pergerakan Sanusiyah di Afrika 13. Daulah Fathimiyah 14. Daulah Seljuk 15. Biografi Muhammad Al Fatih 16. Biografi Abdullah bin Zubair 17. Biografi Saifuddin Quthuz dan Perang ‘Ain Jalut 18. Biografi Sulthan Fuqaha, Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam 19. Mongol atau Tartar, Antara Pertumbuhan dan Pembiasan 20. Era Daulah Zankiyah 21. Biografi Syaikh Umar Mukhtar Sementara, buku-buku tentang pemikiran dan kebangkitan Islam adalah sebagai berikut: 1. Musyawarah 2. Moderasi dalam Al Quran Al Karim 3. Fikih Kemenangan dan Kejayaan 4. Keseluruhan Strategi untuk Mengadvokasi Perdamaian Nabi Sementara itu, buku-buku tentang aqidah Islam adalah sebagai berikut: 1. Aqidah Muslimin dalam Shifat Rabbul Alamin 2. Iman kepada Allah 3. Iman pada Hari Kiamat 4. Iman pada Al Quran dan Kitab Samawi 5. Iman pada Qadar BAB III PEMBAHASAN Penjelasan di antara pusat-pusat kegiatan belajar mengajar yang penting adalah: A. Kuttab Kuttab merupakan pusat pendidikan islam yang terlama. Tampaknya kuttab ini didirikan oleh orang Arab pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu sesudah mereka malkukan penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Diseluruh negeri Islam, Kuttab itu merupakan tempat yang utama untuk mengajarkan Al-Qur’an untuk anak-anak . Selain itu Kuttab juga merupakan tempat mengajarkan membaca, menulis dan agama untuk semua orang baik anak-anak, orang kaya maupun orang miskin dan para guru yang mengajar pada Kuttab dilarang membeda-bedakan antara anak-anak orang kaya dan anak-anak otang miskin. B. Masjid dan Jami’ Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan tertua dalam islam, pembangunannya dimulai semenjak zaman Nabi dan ia tersebar sampai kenegeri arab. Disamping tugasnya yang utama sebagai tempat menunaikan sholat dan beribadah Dalam masjid inilah mulai mengajarkan al-Qur’an dan dasar-dasar agama islam pada masa Rasulallah, Masjid dan Jami’ berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama. C. Dawarul Hikmah dan Dawarul Ilmu Dawarul Hikamah ini muncul pada waktu berccmpurnya bermacam-macam bangsa dan peradaban pada masa kerajaan abbasiyah dan pada masa bangkitnya gerakan intelek yang hebat yang telah mendorong orang-orang islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan zaman kuno. Menurut pendapat yang lebih kuat lahir lembaga-lembaga ini adalah pada masa Al-Rasyid. Tujuan utama daripada mendirikan lembaga-lembaga itu ialah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan orang Griek dan Falsafah mereka kedalam bahasa arab untuk dipelajari. Pada waktu itulah telah diterjemahkan kitab-kitab berbahasa asing kedalam bahasa arab dan telah menghasilkan ulama-ulama yang terkenal, diantaranya Khawarizmi sebagai ilmu falak yang terkenal dan Ja’far Muhammad sebagai ahli dalam ilmu ukur dan mantiq. D. Madrasah Madrasah (Tempat belajar, dari akar kata darasa: belajar) adalah satu jenis yang lain dari lembaga pendidikan tinggi, dan ia mulai muncul pada akhir abad IV Hijriyah. Madrasah merupakan nama atau sebutan bagi sekolah islam, tempat proes belajar mengajar ajaran islam secara formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku, dan papan tulis) dan kurikulum dalam bentuk klasikal . E. Al-Khawanik, Azzawara, dan Arrabath Ditinjau dari banyak segi, lembaga-lembaga ini lebih banyak menyerupai Monastry dan hermitage, karena pelajar-pelajar mengasingkan diri mereka untuk belajar dan beribadat di lembaga-lembaga ini, sebagaimana biasanaya disediakan untuk orang mystics dan tasawuf. Tampaknya Al-Khawanik ini lebih tersebar luas dan lebih berperan dari Az-zawaya dan ar-rabth. Di Al-Khawanik telah diatur beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah empat mata pelajaran untuk fuqoha empat mazhab, beberapa mata pelajaran Hadits Nabi. Beberapa mata pelajaran untuk membaca al-Qur’an dalam tujuh buah riwayat . Pada sebagian Al-Khawanik diperlengkapi dengan semua kebutuahn para pelajar di dalam Khanqah masing-masing agar mereka terfokus untuk belajar dan beribadat serta tidak perlu berhubungan dengan dunia luar . Adapun Zawiyah menyerupai Khanqah dari segi tujuan, akan tetapi Zawiyah ini lebih kecil dari Khanqah dan di bangun untuk orang-orang tasawuf yang fakir supaya mereka dapat belajar dan beribadat . Menurut pengertian yang diberikan al-Maqrizi yang dimaksud dengan Ar-Rabath ialah rumah-rumah yang sufi dan tempat tinggal mereka yang di diami oleh sejumlah yang terbatas dari Fuqara’ yang mengasingkan diri yang tidak mempunyai keluarga dan mempersiapkan diri mereka untuk belajar dan beribadat semata-mata. F. Al-Bimaristan Orang-orang islam mendirikan al-Bimaristan untuk pengobatan orang-orang islam dengan cara gratis dan untuk mempelajari ilmu kedokteran secara praktis. Menurut keterangan dari al-Maqrizi, orang yang mula-mula membangun al-Bimaristan dan Rumah sakit adalah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H. G. Halaqotud Dars dan Al-Ijtima’at Al-Ilmiyah Salah satu cirri dari pendidikan islam ialah mudah dan elatis, dan sebagai bukti untuk itu ialah terdapatnya Halaqotud Dars dan Al-Ijtima’at Al-Ilmiyah yang bertujuan untuk menyebarkan ilmu. Halaqot ini merupakan satu cara yang penting menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dengan cara yang mudah dan terikat dengan tempat yang tertentu. Sistem ini telah membantu pembahasan ilmu secara merata yang dilakukan oleh perorangan, berhubungan dengan guru dan berdiskusi. Halaqotud Darsdi adakan di rumah-rumah para ulama, di istana raja-raja dan pembesar-pembesar. H. Duwarul Kutub (Perpustakaan-perpustakaan) Duwarul Kutub (Perpustakaan-perpustakaan) yang besar yang memegang peranan penting dalam menyukseskan tugas-tugas lembaga-lembaga pendidikan tersebut dalam bentuk yang lebih sempurna, dan juga membantu berlangsungnya terus pelajaran, prestasi, penelitian perorangan, serta memudahkan cara-cara memperoleh pendidikan bagi orang banyak. BAB IV KONTRIBUSI ISLAM KONTEMPORER PROF. DR. ALI MUHAMMAD ASH SHALABI Kurikulum Pendidikan Islam Klasik Yang dimaksud dengan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa dalam suatu periode tertentu. Dalam arti yang lebih luas, kurikulum sebenarnya bukan hanya sekadar rencana pelajaran, tapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah . Dengan kata lain, kurikulum mencakup baik kegiatan yang dilakukan pada jam belajar maupun di luar jam belajar, sepanjang hal itu berlangsung di lembaga pendidikan. Karena itu ada istilah ekstra- kurikuler, yaitu berbagai kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka di ruangan kelas. Akan tetapi, tentu saja kurikulum dalam pengertian seperti itu baru dikenal pada sistem pendidikan modern, baik sekolah maupun madrasah. Pada masa sebelumnya, meskipun sudah dikenal, muatan kurikulum tidak seketat pengertian tersebut. Pada perkembangan berikutnya kurikulum pendidikan Islam merujuk kepada al-Qur’an dan hadis. Secara umum materi yang diajarkan adalah ilmu naqliyah dan aqliyah. Maka kurikulum pendidikan Islam klasik cukup variatif berdasarkan jenjang pendidikannya. Berikut perkembangan kurikulum menurut jenjangnya : 1. Kurikulum tingkat rendah Kurikulum tingkat rendah meliputi al-Qur’an dan agama, membaca, menulis, sya’ir, dan sebagian prinsip-prinsip pokok agama dan ditambah juga dengan nahwu, cerita dan berenang. Untuk putra-putri raja dan penguasa ditegaskan pentingnya pelajaran khitabah (pidato), ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, di samping ilmu-ilmu pokok seperti al-Qur’an, sya’ir dan fiqh . Penekanan kurikulum berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya. Di Andalusia misalnya, untuk tingkat rendah diajarkan al-Qur’an, dan dimasukkan materi lain seperti riwayat sya’ir-sya’ir, prosa, berhitung, dan pembelaan negara sehingga kemampuan anak-anak dalam tulis menulis dan khat sangat menonjol. Kemudian kemampuan menemukan (discovery) serta kemampuan menghubungkan cabang-cabang ilmu dalam mengintegrasikan antara ilmu-ilmu naqli dan aqli lebih unggul dibandingkan negeri Islam yang lain . 2. Kurikulum tingkat atas Al-Chawarizani dalam Maf±ti¥ al-Ulm, sebagaimana yang dikutip al-Jumbul±ti menyebutkan kurikulum pendidikan tingkat atas meliputi ilmu fiqih, nahwu, ilmu kalam, aljabar dan ilmu hitung . Namun sama halnya dengan tingkat rendah, kurikulum tingkat atas tidak sama antara negara yang satu dengan yang lainnya. Setiap negara mempunyai kurikulum yang khas dalam pendidikannya. Namun para pelajar tidak terikat untuk kurikulumnya, dan guru-gurunya juga tidak terikat dengan kurikulum yang ditentukan untuk dijadikan sumbur pegangan dalam pengajarannya . Kemudian di masjid Kfah dan Ba¡rah yang menonjol adalah ilmu-ilmu bahasa. Maka muncul Nahwu Arab Kfah yang menekankan pada qiyas. Perbedaan ini membawa perkembangan yang pesat pada Nahwu Arab . Walaupun ilmu-ilmu naqliyah cukup menonjol, namun ilmu-ilmu aqliyah mempunyai peranan penting. Ini terlihat dalam hubungan yang kokoh antara ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu-ilmu bahasa, kebudayaan sampai kepada abad ke 2 hijriyah. BAB V KESIMPULAN Dariuraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan Islam sejak masaRasulullah sampai saat ini nampak sangat variatif. Hal ini tidak lepas dari faktorperkembangan peradaban maupun kebutuhan manusia. Semangatuntuk dapat membaca dan menulis merupakan kekuatan lembaga pendidikan Islam pramadrasah untuk berkembang lebih pesat. Selain itu aktifitas menulis besertahasil tulisannya juga menjadi sumbangan tersendiri bagi kemajuan lembagapendidikan era ini. Diawal perkembangannya, meskipun telah banyak lembaga pendidikan yangberbeda-beda, namun lembaga pendidikan Islam ini belum menampakkan diri sebagaisebuah sistem yang terorganisir dengan rapi. Lahirnyalembaga madrasah secara resmi tidak semata-mata didorong oleh kebutuhan ilmupengetahuan di masa itu, namun juga dicampuri oleh kepentingan politik parapenguasa. Maka tidak mengherankan jika sampai saat ini pendidikan jugaseringkali dipolitisir, sebab sejak awal perkembangannya hal intupun memangtelah banyak dilakukan oleh para penguasa. DAFTAR PUSTAKA Pola-pendidikan-islam-pada-periode-khulafaur-rasyidin/ Ibnu Khaldun, al-baladhuri,; hitti, the history of the arabs, ibnu batuta, tuhfat ul-nazar, syalaby, history of muslim education, h. 16-23 dalammehdi nekosteen, kontribusi islam atas dunia intelektual Deskripsi analisis abad keemasan islam, terjemahan dari judul asli : history of islamic origins of western education a d. 1800-1350,with an introduction to medieval muslim education, penerjemah : joko s. Kahar dan supriyantoabdullah (surabaya : risalah gusti, 2003) A. Shalabi, Sejarah Pendidikaan Islam, terj. Muhtar Yahya, Jakarta : Bulan Bintang,1973, http://ml.scribd.com/doc/68334382/Pendidikan-Islam-Klasik http://penapendidik.blogspot.com/2012/03/sejarah-lembaga-pendidikan-islam.html http://infolepas.blogspot.com/2006/05/eksistensi-dan-perkembangan-lembaga.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar